September 8, 2012
I had a chance to see a colossal performance of Matah Ati at Mangkunegaran Palace in Solo, Central Java.
Hari Sabtu kemarin, 20 orang Laskar79 menonton pertunjukan Matah Ati di Pamedan, Mangkunegaran, Solo. Pertunjukan kolosal yang mengesankan di beberapa level, menurut saya lho... Yang pertama, pertunjukan dengan melibatkan 250 pekerja seni di panggung ini terbilang apik dan tidak membosankan (namun mungkin hanya untuk teman-teman yang paling tidak mengerti bahasa Jawa) karena sebagian besar dialog dan narasi dalam bahasa Jawa. Sendratari/drama ini tidak hanya menampilkan tarian2 tradisional tapi juga memasukkan unsur wayang dan dagelan yang berisi sindiran-sindiran politis juga.
Yang kedua, menurut informasi yang saya terima, mereka menyediakan tiket festival yang gratis buat kurang lebih 3000 penonton (saya gak tau persis berapa orang sih, karena gak ngitung, hihihi)... sementara yang membayar kurang lebih 2000 penonton di satu malam itu. Rasanya hal ini patut mendapat pujian... yang datang jauh2 dari Jakarta diminta membayar antara 250 ribu sampai 750 ribu rupiah, tapi penduduk setempat diberikan gratis.
Yang ketiga, kayaknya nonton di Solo lebih asik dan gak ribet... turun dari mobil, jalan sebentar aja, ngantri sebentar aja (info: kalo soal ngantri sebentar dan bisa masuk cepet karena grup ini sebenarnya karena Laskar79 punya Kapolsek, yang kelihatannya amat berwibawa di depan para petugas keamanan disana, kekekkekekekk).
Yang keempat, setelah pertunjukan terlihat penonton jauh (yang bukan penduduk setempat) langsung menghabiskan stok makanan/minuman malam itu di Solo, hahaha.... semua rebutan cari makan dan minum... pindah dari satu resto ke emperan ke jalanan.... semua menikmati kebersamaan disana... lupa tuh ada makanan ala hotel atau coffee shop di Jakarta.... hehehe... Nah ini beberapa foto yang saya ambil disana untuk berbagi pengalaman aja dengan Laskar. Saya duduk jauh sekali dari panggung (seperti juga semua penonton yang bayar tiket mahal).... dibuatkan tribun, tapi tetep jauh. Kamera saya Canon G10... tripod yang sudah dibawa jauh2 dari Jakarta ketinggalan karena sibuk mikir gimana caranya menyelundupkan kamera kesana (dari aturannya sih tidak boleh bawa kamera sama sekali). Jadi mohon maaf kalo photo2nya kurang mantap. Saya juga gak bawa tele, jadi ya ini yang bisa di-share ya...
I had a chance to see a colossal performance of Matah Ati at Mangkunegaran Palace in Solo, Central Java.
Hari Sabtu kemarin, 20 orang Laskar79 menonton pertunjukan Matah Ati di Pamedan, Mangkunegaran, Solo. Pertunjukan kolosal yang mengesankan di beberapa level, menurut saya lho... Yang pertama, pertunjukan dengan melibatkan 250 pekerja seni di panggung ini terbilang apik dan tidak membosankan (namun mungkin hanya untuk teman-teman yang paling tidak mengerti bahasa Jawa) karena sebagian besar dialog dan narasi dalam bahasa Jawa. Sendratari/drama ini tidak hanya menampilkan tarian2 tradisional tapi juga memasukkan unsur wayang dan dagelan yang berisi sindiran-sindiran politis juga.
Yang kedua, menurut informasi yang saya terima, mereka menyediakan tiket festival yang gratis buat kurang lebih 3000 penonton (saya gak tau persis berapa orang sih, karena gak ngitung, hihihi)... sementara yang membayar kurang lebih 2000 penonton di satu malam itu. Rasanya hal ini patut mendapat pujian... yang datang jauh2 dari Jakarta diminta membayar antara 250 ribu sampai 750 ribu rupiah, tapi penduduk setempat diberikan gratis.
Yang ketiga, kayaknya nonton di Solo lebih asik dan gak ribet... turun dari mobil, jalan sebentar aja, ngantri sebentar aja (info: kalo soal ngantri sebentar dan bisa masuk cepet karena grup ini sebenarnya karena Laskar79 punya Kapolsek, yang kelihatannya amat berwibawa di depan para petugas keamanan disana, kekekkekekekk).
Yang keempat, setelah pertunjukan terlihat penonton jauh (yang bukan penduduk setempat) langsung menghabiskan stok makanan/minuman malam itu di Solo, hahaha.... semua rebutan cari makan dan minum... pindah dari satu resto ke emperan ke jalanan.... semua menikmati kebersamaan disana... lupa tuh ada makanan ala hotel atau coffee shop di Jakarta.... hehehe... Nah ini beberapa foto yang saya ambil disana untuk berbagi pengalaman aja dengan Laskar. Saya duduk jauh sekali dari panggung (seperti juga semua penonton yang bayar tiket mahal).... dibuatkan tribun, tapi tetep jauh. Kamera saya Canon G10... tripod yang sudah dibawa jauh2 dari Jakarta ketinggalan karena sibuk mikir gimana caranya menyelundupkan kamera kesana (dari aturannya sih tidak boleh bawa kamera sama sekali). Jadi mohon maaf kalo photo2nya kurang mantap. Saya juga gak bawa tele, jadi ya ini yang bisa di-share ya...