Koran Tempo
Bertandang ke Nha Trang
Minggu, 10 Maret 2013
Saya pertama kali mendengar tentang Nha Trang sekitar dua tahun yang lalu di atas reunification train--kereta api yang menghubungkan Kota Ho Chi Minh di Vietnam Selatan dengan Hanoi di Utara. Saat itu saya tengah backpacking ke Kamboja dan Vietnam bersama seorang teman kuliah, Etty Sambodo.
Di atas kereta yang membawa kami itulah saya mendengar turis-turis asing berceloteh tentang Nha Trang. Menurut mereka, Nha Trang adalah salah satu kota pantai terindah di Asia. Separuh turis asing yang naik kereta kami waktu itu ternyata turun di Nha Trang.
Waktu berlalu. Awal Desember lalu, saya dan suami berkesempatan mengunjungi kota itu. Dari pembicaraan para turis di kereta api dua tahun yang lalu, maupun panduan-panduan wisata online yang saya baca, kota ini disebut sebagai beach resort (kota peristirahatan di tepi pantai). Terkenal dengan wisata airnya, dari menyusuri Sungai Cai, naik sampan ke beberapa pulau di sekitarnya, hingga snorkeling dan diving. Jadi, yang terbayang sebelum sampai di sana adalah kehidupan idyllic di pantai bersama turis-turis asing yang datang ke sana.
Namun kenyataannya sedikit berbeda. Sejak kami keluar dari bandara internasional Cam Ranh dan naik taksi 30 kilometer ke Nha Trang, kami terus bisa melihat Laut Cina Selatan. Bibir pantai dapat kami nikmati sepanjang jalan sampai ke hotel tempat kami menginap. Dan pantai indah Nha Trang tidak hanya dinikmati turis. Malam itu kami melihat penduduk berbondong-bondong ke pantai untuk berkumpul bersama teman dan keluarga.
Pemandangan seperti itu amat jarang kita temui di kota-kota pantai di Indonesia. Dan kalau di Jakarta, mungkin hanya di pantai Ancol-lah kita bisa melihatnya. Sebagai penduduk Jakarta selama hampir seperempat abad ini, saya sering lupa bahwa saya tinggal di kota yang terletak di tepi laut. Kalau sedang terjebak kemacetan di atas jalan tol dalam kota dari arah Tanjung Priok ke Bandara Sukarno-Hatta saja, kadang saya bisa melihat pantai.
Kota yang terletak di Teluk Nha Trang--sudah dua kali masuk daftar teluk paling indah di dunia menurut Travel & Leisure-ini berpenduduk 400 ribu orang. Tidak hanya mempunyai 17 kilometer pantai yang indah, tapi juga malecón (alun-alun) untuk umum. Konsep utama tata kotanya adalah memasukkan alam ke dalam penataan kota agar diperoleh kawasan yang dapat hidup berkelanjutan. Dalam hal ini, pemerintah setempat memasukkan unsur pantai, sungai, laut dengan kekayaan alamnya, pulau-pulau yang mudah dicapai dari kota, serta gunung-gunung.
Konsep lain yang penting bagi mereka adalah, kekayaan alam merupakan milik bersama. Meski sekarang ini mereka banyak hidup dari turisme, penduduk lokal harus tetap bisa menikmati keindahan alam Nha Trang. Pembangunan harus bisa meningkatkan lingkungan alam dan meningkatkan kualitas estetika kota secara keseluruhan.
Di sepanjang pantai berpasir putih ini ada malecón berupa tempat pejalan kaki yang lebar, lengkap dengan taman kota, tempat duduk yang memadai dari segi kuantitas maupun kualitas, bahkan termasuk lapangan olahraga serta tempat bermain anak.
Semua bisa diakses oleh penduduk dari berbagai arah, karena disediakan tempat pejalan kaki yang cukup lebar. Memang masih ada orang berjualan dan memarkir sepeda motor di atasnya. Tapi, karena jalur cukup lebar, masih ada tempat untuk pejalan kaki. Di sepanjang jalan juga terdapat pohon-pohon yang teduh sehingga banyak penduduk maupun turis yang berjalan kaki di sana.
"Vietnam adalah negara yang hebat," kata George Burchett, pelukis terkenal dari Australia yang sejak dua tahun lalu tinggal di Hanoi. "Negara ini masih dimiliki oleh rakyatnya. Lihat saja apa yang ada di Nha Trang. Rakyat masih memiliki kekayaan alam yang ada, dan mereka dapat menikmatinya."
Orang yang sekarang berada di puncak kekuasaan di sini, tutur Burchett, masih merasa bahwa mereka diawasi oleh Paman Ho-sebutan untuk Ho Chi Minh, bapak bangsa Vietnam. "Saya bangga sekali ayah saya, Wilfred Burchett, dulu berteman baik dengan beliau. Paman Ho selalu menginspirasi saya," ujarnya.
Ia lalu membandingkannya dengan Jakarta. "Jakarta tidak dibangun untuk rakyat." Hal ini dia katakan setelah mengalami bagaimana sulitnya menyeberang jalan di Jakarta, bagaimana sumpeknya berkeliling kota karena sedikitnya taman, bagaimana dia harus berantem dengan pengendara sepeda motor karena tempat pejalan kaki yang hanya sedikit juga dilalui sepeda motor, dan tentu saja tidak adanya transportasi massal yang menyebabkan dia harus berada dalam kemacetan berjam-jam.
Selain menggunakan kekayaan alamnya, para perencana Kota Nha Trang tetap menghormati situs bersejarahnya, seperti Candi Po Nagar, yang dibangun pada abad ke-7 sampai abad ke-12. Candi yang saat itu bernama Yan Po Nagar tersebut dibangun pada masa kerajaan Champa. Bersama kompleks candi di My Son (dekat Kota Da Nang), Yan Po termasuk di antara candi-candi yang paling penting pada masa itu.
Awalnya, bangunan candi yang berada di bukit di mulut Sungai Cai ini dibuat dari kayu. Tapi konon hancur dibakar pada saat para perompak dari Jawa datang ke sana pada sekitar 774 Masehi. Bangunan candi penggantinya, yang dibuat dari batu bata, pun sudah tidak ada lagi. Struktur yang ada sekarang ini mulai dibangun pada abad ke-9. Candi bersejarah ini bisa dilihat dari berbagai tempat di Nha Trang dan menjadi salah satu ikon kota ini.
Dengan adanya pulau-pulau di sekitar Teluk Nha Trang, perencana kota juga memberikan zoning khusus untuk mereka. Pulau Hòn Mieu (diberi nama pulau kayu hitam karena terdapat tebing karang yang berwarna hitam dengan gua-gua alami) termasuk dalam kawasan perlindungan laut dan menjadi tempat yang amat disukai untuk snorkeling dan diving. Sebab, warna air lautnya biru bersih dengan batu karang berwarna-warni (konon terdapat hampir 400 spesies batu karang) serta banyak sekali variasi ikan-ikan tropisnya.
Pulau Hòn Mieu dirancang sebagai tempat untuk akuarium alam tempat ikan dan binatang laut langka dipamerkan di sana. Pulau itu juga tempat untuk fish-breeding farm (peternakan ikan langka) di mana lebih dari 40 spesies ikan diternakkan di sana.
Namun pulau paling besar di Teluk Nha Trang adalah Hòn Tre (Pulau Bambu). Apabila kita berada di Nha Trang, mau tidak mau kita akan melihat pulau ini karena sekarang ada tulisan Vinpearl Land yang amat besar di sana. Vinpearl Land sebuah tempat rekreasi yang dilengkapi dengan taman laut, taman hiburan, dan hotel berbintang.
Salah satu alat transportasi dari pelabuhan Nha Trang ke Pulau Hòn Tre adalah Vinpearl Cable Car. Selain ada berbagai wahana hiburan, di sana terdapat pantai berpasir putih yang indah, kasino, kampung tradisional, serta hutan tropis. Pemandangan dari dalam cable car juga amat menakjubkan, baik di siang maupun malam hari.
ROSSIE INDIRA | PENIKMAT PERJALANAN
Saya pertama kali mendengar tentang Nha Trang sekitar dua tahun yang lalu di atas reunification train--kereta api yang menghubungkan Kota Ho Chi Minh di Vietnam Selatan dengan Hanoi di Utara. Saat itu saya tengah backpacking ke Kamboja dan Vietnam bersama seorang teman kuliah, Etty Sambodo.
Di atas kereta yang membawa kami itulah saya mendengar turis-turis asing berceloteh tentang Nha Trang. Menurut mereka, Nha Trang adalah salah satu kota pantai terindah di Asia. Separuh turis asing yang naik kereta kami waktu itu ternyata turun di Nha Trang.
Waktu berlalu. Awal Desember lalu, saya dan suami berkesempatan mengunjungi kota itu. Dari pembicaraan para turis di kereta api dua tahun yang lalu, maupun panduan-panduan wisata online yang saya baca, kota ini disebut sebagai beach resort (kota peristirahatan di tepi pantai). Terkenal dengan wisata airnya, dari menyusuri Sungai Cai, naik sampan ke beberapa pulau di sekitarnya, hingga snorkeling dan diving. Jadi, yang terbayang sebelum sampai di sana adalah kehidupan idyllic di pantai bersama turis-turis asing yang datang ke sana.
Namun kenyataannya sedikit berbeda. Sejak kami keluar dari bandara internasional Cam Ranh dan naik taksi 30 kilometer ke Nha Trang, kami terus bisa melihat Laut Cina Selatan. Bibir pantai dapat kami nikmati sepanjang jalan sampai ke hotel tempat kami menginap. Dan pantai indah Nha Trang tidak hanya dinikmati turis. Malam itu kami melihat penduduk berbondong-bondong ke pantai untuk berkumpul bersama teman dan keluarga.
Pemandangan seperti itu amat jarang kita temui di kota-kota pantai di Indonesia. Dan kalau di Jakarta, mungkin hanya di pantai Ancol-lah kita bisa melihatnya. Sebagai penduduk Jakarta selama hampir seperempat abad ini, saya sering lupa bahwa saya tinggal di kota yang terletak di tepi laut. Kalau sedang terjebak kemacetan di atas jalan tol dalam kota dari arah Tanjung Priok ke Bandara Sukarno-Hatta saja, kadang saya bisa melihat pantai.
Kota yang terletak di Teluk Nha Trang--sudah dua kali masuk daftar teluk paling indah di dunia menurut Travel & Leisure-ini berpenduduk 400 ribu orang. Tidak hanya mempunyai 17 kilometer pantai yang indah, tapi juga malecón (alun-alun) untuk umum. Konsep utama tata kotanya adalah memasukkan alam ke dalam penataan kota agar diperoleh kawasan yang dapat hidup berkelanjutan. Dalam hal ini, pemerintah setempat memasukkan unsur pantai, sungai, laut dengan kekayaan alamnya, pulau-pulau yang mudah dicapai dari kota, serta gunung-gunung.
Konsep lain yang penting bagi mereka adalah, kekayaan alam merupakan milik bersama. Meski sekarang ini mereka banyak hidup dari turisme, penduduk lokal harus tetap bisa menikmati keindahan alam Nha Trang. Pembangunan harus bisa meningkatkan lingkungan alam dan meningkatkan kualitas estetika kota secara keseluruhan.
Di sepanjang pantai berpasir putih ini ada malecón berupa tempat pejalan kaki yang lebar, lengkap dengan taman kota, tempat duduk yang memadai dari segi kuantitas maupun kualitas, bahkan termasuk lapangan olahraga serta tempat bermain anak.
Semua bisa diakses oleh penduduk dari berbagai arah, karena disediakan tempat pejalan kaki yang cukup lebar. Memang masih ada orang berjualan dan memarkir sepeda motor di atasnya. Tapi, karena jalur cukup lebar, masih ada tempat untuk pejalan kaki. Di sepanjang jalan juga terdapat pohon-pohon yang teduh sehingga banyak penduduk maupun turis yang berjalan kaki di sana.
"Vietnam adalah negara yang hebat," kata George Burchett, pelukis terkenal dari Australia yang sejak dua tahun lalu tinggal di Hanoi. "Negara ini masih dimiliki oleh rakyatnya. Lihat saja apa yang ada di Nha Trang. Rakyat masih memiliki kekayaan alam yang ada, dan mereka dapat menikmatinya."
Orang yang sekarang berada di puncak kekuasaan di sini, tutur Burchett, masih merasa bahwa mereka diawasi oleh Paman Ho-sebutan untuk Ho Chi Minh, bapak bangsa Vietnam. "Saya bangga sekali ayah saya, Wilfred Burchett, dulu berteman baik dengan beliau. Paman Ho selalu menginspirasi saya," ujarnya.
Ia lalu membandingkannya dengan Jakarta. "Jakarta tidak dibangun untuk rakyat." Hal ini dia katakan setelah mengalami bagaimana sulitnya menyeberang jalan di Jakarta, bagaimana sumpeknya berkeliling kota karena sedikitnya taman, bagaimana dia harus berantem dengan pengendara sepeda motor karena tempat pejalan kaki yang hanya sedikit juga dilalui sepeda motor, dan tentu saja tidak adanya transportasi massal yang menyebabkan dia harus berada dalam kemacetan berjam-jam.
Selain menggunakan kekayaan alamnya, para perencana Kota Nha Trang tetap menghormati situs bersejarahnya, seperti Candi Po Nagar, yang dibangun pada abad ke-7 sampai abad ke-12. Candi yang saat itu bernama Yan Po Nagar tersebut dibangun pada masa kerajaan Champa. Bersama kompleks candi di My Son (dekat Kota Da Nang), Yan Po termasuk di antara candi-candi yang paling penting pada masa itu.
Awalnya, bangunan candi yang berada di bukit di mulut Sungai Cai ini dibuat dari kayu. Tapi konon hancur dibakar pada saat para perompak dari Jawa datang ke sana pada sekitar 774 Masehi. Bangunan candi penggantinya, yang dibuat dari batu bata, pun sudah tidak ada lagi. Struktur yang ada sekarang ini mulai dibangun pada abad ke-9. Candi bersejarah ini bisa dilihat dari berbagai tempat di Nha Trang dan menjadi salah satu ikon kota ini.
Dengan adanya pulau-pulau di sekitar Teluk Nha Trang, perencana kota juga memberikan zoning khusus untuk mereka. Pulau Hòn Mieu (diberi nama pulau kayu hitam karena terdapat tebing karang yang berwarna hitam dengan gua-gua alami) termasuk dalam kawasan perlindungan laut dan menjadi tempat yang amat disukai untuk snorkeling dan diving. Sebab, warna air lautnya biru bersih dengan batu karang berwarna-warni (konon terdapat hampir 400 spesies batu karang) serta banyak sekali variasi ikan-ikan tropisnya.
Pulau Hòn Mieu dirancang sebagai tempat untuk akuarium alam tempat ikan dan binatang laut langka dipamerkan di sana. Pulau itu juga tempat untuk fish-breeding farm (peternakan ikan langka) di mana lebih dari 40 spesies ikan diternakkan di sana.
Namun pulau paling besar di Teluk Nha Trang adalah Hòn Tre (Pulau Bambu). Apabila kita berada di Nha Trang, mau tidak mau kita akan melihat pulau ini karena sekarang ada tulisan Vinpearl Land yang amat besar di sana. Vinpearl Land sebuah tempat rekreasi yang dilengkapi dengan taman laut, taman hiburan, dan hotel berbintang.
Salah satu alat transportasi dari pelabuhan Nha Trang ke Pulau Hòn Tre adalah Vinpearl Cable Car. Selain ada berbagai wahana hiburan, di sana terdapat pantai berpasir putih yang indah, kasino, kampung tradisional, serta hutan tropis. Pemandangan dari dalam cable car juga amat menakjubkan, baik di siang maupun malam hari.
ROSSIE INDIRA | PENIKMAT PERJALANAN
RANSEL:
KERETA GANTUNG TERPANJANG
Salah satu pemandangan menarik di kejauhan yang terlihat dari balkon hotel tempat kami menginap adalah berseliwerannya kereta gantung dari pelabuhan Nha Trang ke salah satu pulau di seberang lautan. Pulau tersebut ternyata bernama Hòn Tre. Namun tulisan yang terbaca dari jauh adalah Vinpearl Land, nama tempat rekreasi di sana.
Untuk mencapai pulau ini, ada beberapa cara, antara lain naik perahu cepat yang disediakan oleh pengelola hotel berbintang lima di pulau ini; atau naik kapal feri yang berangkat dari pelabuhan Nha Trang. Namun yang paling asyik tentu naik Vinpearl Cable Car, kereta gantung kebanggaan penduduk Provinsi Khan Hoa.
Kereta gantung dengan jalur sepanjang 3.310 meter ini konon merupakan kereta gantung penyeberangan laut yang terpanjang di dunia. Dibangun oleh gabungan perusahaan Prancis POMA dengan sistem single-wire cable car, 47 buah kereta gantung ini masing-masing berkapasitas 8 orang.
Sembilan pilar yang dirancang dengan bentuk dan struktur seperti Menara Eiffel di Paris ini memang mengagumkan, apalagi di malam hari juga ada penerangan dengan laser serta hiasan lampu-lampu yang indah.
Kita bisa melihat Kota Nha Trang dengan latar belakang gunung-gunungnya, kampung nelayan yang ada di sana, atau juga pulau-pulau di Teluk Nha Trang yang indah. Dengan warna air laut yang biru toska, penyeberangan dengan kereta gantung ini memang tidak mudah dilupakan.
Namun tidak murah untuk naik kereta gantung ini. Tiket per orang adalah VND 450 ribu atau sekitar Rp 225 ribu, termasuk tiket untuk naik berbagai wahana di taman hiburan di sana.
Untuk mencapai pulau ini, ada beberapa cara, antara lain naik perahu cepat yang disediakan oleh pengelola hotel berbintang lima di pulau ini; atau naik kapal feri yang berangkat dari pelabuhan Nha Trang. Namun yang paling asyik tentu naik Vinpearl Cable Car, kereta gantung kebanggaan penduduk Provinsi Khan Hoa.
Kereta gantung dengan jalur sepanjang 3.310 meter ini konon merupakan kereta gantung penyeberangan laut yang terpanjang di dunia. Dibangun oleh gabungan perusahaan Prancis POMA dengan sistem single-wire cable car, 47 buah kereta gantung ini masing-masing berkapasitas 8 orang.
Sembilan pilar yang dirancang dengan bentuk dan struktur seperti Menara Eiffel di Paris ini memang mengagumkan, apalagi di malam hari juga ada penerangan dengan laser serta hiasan lampu-lampu yang indah.
Kita bisa melihat Kota Nha Trang dengan latar belakang gunung-gunungnya, kampung nelayan yang ada di sana, atau juga pulau-pulau di Teluk Nha Trang yang indah. Dengan warna air laut yang biru toska, penyeberangan dengan kereta gantung ini memang tidak mudah dilupakan.
Namun tidak murah untuk naik kereta gantung ini. Tiket per orang adalah VND 450 ribu atau sekitar Rp 225 ribu, termasuk tiket untuk naik berbagai wahana di taman hiburan di sana.